Mukadimah

Lakukan pekerjaan Anda setiap hari sesukses mungkin. Sekecil apa pun pekerjaan Anda, lakukan dengan gemilang sehingga membuat Anda merasa bangga dan bahagia dengan pekerjaan Anda tersebut. Kemudian rayakan dan syukuri apa yang bisa Anda lakukan hari ini. Ingat, sukses membawa kepada sukses lainnya.


SUPER CONCEPT MEGA PLANNING Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Lambung Mangkurat

Author: Blacky_Whity / Label:

RAWA BANGKAU NAGARA DALAM PERJALANAN MENUJU KETENARAN


Lahan basah di Kalimantan Selatan sungguh berlimpah ruah. Jutaan hektar lahan tersebut dapat ditemukan disini. Rawa Bangkau Nagara, begitu penduduk sekitar menyebutnya, merupakan satu dari sekian banyak lahan rawa di Kalimantan Selatan. Kota Nagara, kota yang terletak di daerah yang sangat strategis, kota ini menghubungkan tiga kabupaten dalam lalu lintas perdagangan setiap harinya. Kota ini terletak di kabupaten Daha Utara yang meliputi 19 kecamatan. Dengan jumlah penduduk 30.270 orang, yang terdiri dari 14.899 orang laki-laki dan 15.371 orang perempuan (data per Maret 2009) daerah ini telah dikenal lebih dulu dengan cor logam, kuningan dan alumunium yang merupakan mata pencaharian masyarakat sekitar. Sebagian besar masyarakat lainnya bekerja sebagai pedagang, petani dan nelayan. Dengan pendapatan perkapita Rp.40.000/hari, masyakarat disini masih berada dibawah garis kemiskinan. Padahal jika dicermati lebih lanjut, jutaan hektar lahan rawa disana menyimpan sumber daya alam potensial yang dapat disulap menjadi sumber devisa bagi daerah dan sumber pendapatan baru bagi masyarakat. Mengembangkan potensi lahan tidur menjadi potensi bernilai jual tinggi, konsep itulah yang ingin kami angkat kepermukaan. Tentunya dengan pengelolaan lahan rawa yang baik dan terencana dengan matang. Potensi alam serta kawasan strategis ini yang menggerakkan kami melakukan suatu langkah besar dengan menampilkan suatu Super Concept Mega Planning dengan materi pengelolaan kawasan lahan basah yang ada di lingkungan tersebut.

Konsep ini kami angkat untuk memajukan lahan rawa Bangkau secara khusus dan kota Nagara secara umum. Dengan menggunakan fasilitas seperti slide dan internet, kita dapat mempromosikan dan mengenalkan kepada dunia luar mengenai lahan basah dan potensi alam yang dimiliki oleh kota Nagara. Ditambah lagi dengan fasilitas software Google Earth, penentuan koordinat dan lokasi dari daerah tersebut dapat ditemukan dengan mudahnya. Tentu saja semua ini tidak terlepas dari kontrol, pengawasan, dan kerjasama dari pihak-pihak atau instansi yang terkait. Dengan membawa investor yang dapat bekerja sama dengan pemerintah, tentunya pengembangan rawa dapat berjalan dengan baik. Daerah rawa tersebut dapat menarik minat pengunjung tidak hanya wisatawan domestik, tetapi juga tidak menutup kemungkinan menarik pengunjung dari luar negeri.

Namun tentunya segalanya pasti memiliki kendala dan permasalahan. Kendala inilah yang ingin kami selesaikan. Diantaranya adalah sebagai berikut:


Nagara sebagai kota Wisata

Pernahkah anda melihat kerbau berenang dengan baik dipermukaan air layaknya bebek ataupun unggas lainnya??

Mungkin hanya sedikit yang mengatakan ya, sebagian besar lainnya pasti menggelengkan kepala. Cobalah untuk berjalan-jalan kedaerah rawa Bangkau ini, anda pasti akan menemukan pemandangan menakjubkan tersebut. Yaa..disini kerbau-kerbau tidak digembala di daratan tetapi di perairan rawa. Masyarakat menyebutnya dengan Kerbau Rawa (Bubalus bubalis). Spesies unik ini hanya ditemukan didaerah rawa Kalimantan Selatan (selain di rawa Bangkau dapat ditemukan juga di daerah Rawa Danau Panggang (HSU)) dan tidak ditemukan di belahan dunia lainnya. Fenomena ini dapat diangkat sebagai objek wisata yang mengagumkan. Dengan pengelolaan lokasi, transportasi dan akses jalan yang baik akan mengundang wisatawan domestik, bahkan mancanegara untuk berlibur disini. Merupakan sumber devisa yang besar tentunya. Semoga pemerintah dapat memperhatikan sektor ini dikemudian harinya.


Kotoran Kerbau Rawa (Bubalus bubalis)

Pemanfaatan kotoran kerbau rawa di Rawa Bangkau ini terlihat masih kurang optimal. Dari penuturan para peternak kerbau di sana, kotoran kerbau hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai pupuk pertanian dengan mengangkut kotoran kerbau tersebut ke daratan dan diolah di sana. Sisanya terlihat lebih banyak di buang percuma ke perairan rawa. Padahal sebenarnya, kotoran kerbau ini memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan. Salah satunya adalah sebagai bahan bakar alternative untuk menggantikan bahan bakar minyak bumi dan batu bara yang sudah mulai menipis. Kotoran kerbau dapat diolah sebagai briket seperti briket batubara pada umumnya. Dengan pemanfaatan kotoran kerbau rawa ini diharapkan dapat sedikit banyak mengurangi pemakaian minyak bumi dan batu bara sebagai sumber energi utama yang kian hari kian menipis.


Eceng gondok (Eichhomia crassipes)

Sebagian besar orang mungkin mengatakan tanaman eceng gondok (masyarakat sekitar menyebutnya ilung) sebagai gulma, ini dikarenakan pertumbuhan tanaman ini yang sangat cepat. Tetapi dibalik kesannya yang kurang bagus, tanaman eceng gondok memiliki manfaat yang tidak sedikit. Salah satunya adalah sebagai penyaring air. Perairan yang melalui kumpulan eceng gondok terlihat lebih bersih dari sebelumnya. Filterisasi air ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menggantungkan kebutuhan airnya dari sungai yang mengalir menembus kumpulan eceng gondok. Manfaat lain dari eceng gondok yang sudah dikenal adalah sebagai pupuk tanaman. Akar dari eceng gondok memiliki banyak nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh optimal. Eceng gondok juga memiliki manfaat yang memiliki nilai komersil tinggi, yaitu diolah sebagai kerajinan tangan dan souvenir. Eceng gondok dikeringkan sampai airnya benar-benar habis, setelah itu baru di anyam sesuai kebutuhan. Dapat dibentuk sebagai tikar, tas, sandal, topi, souvenir-souvenir, dan lain sebagainya. Dengan pekerjaan yang rapi dan telaten, produksi ini dapat mendatangkan keuntungan yang lumayan bahkan dapat menembus pasar ekspor. Manfaat ketiga inilah yang masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat sekitar. Padahal sejauh mata memandang di rawa Bangkau ini hamparan eceng gondok tersebar luas dan terlihat tak ada habis-habisnya. Tanaman ini seolah teronggok begitu saja selain dimanfaatkan sebagai makanan kerbau rawa dan sebagian digunakan sebagai pupuk pertanian. Kita lihat di daerah jawa yang pertumbuhan eceng gondoknya sangat sedikit dapat dimanfaatkan secara baik oleh masyakatnya, kenapa didaerah kita yang tumbuhan eceng gondok melimpah ruah tidak bisa seperti mereka?? Seandainya tanaman eceng gondok ini dikelola dengan baik tidak mustahil kota Nagara akan lebih dikenal sebagai “Kota Ilung” layaknya kota Jepara yang dikenal sebagai Kota Jati. Yang mungkin disuatu saat nanti kita menemukan sebuah souvenir bagus di luar negeri dengan label “Made In Nagara, South Borneo (Indonesia)”. Inilah harapan dari kita bersama.


Itulah sebagian dari Super Concept Mega Planning yang kami tawarkan. Kami tidak bisa menuliskannya secara gamblang disini karena keterbatasan tempat. Tetapi Insya Allah maksud dan tujuan kami telah tersampaikan. Untuk kritik dan saran tinggalkan di blog ini. Kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk kemajuan dimasa yang akan datang.

Semoga apa yang kami cita-citakan untuk kemajuan daerah ini dapat didengar oleh pihak-pihak terkait yang dapat mendukung usaha kami ini.


Peace for Indonesia..

Duniaku, Duniamu, Dunia bersama..

One Earth One Hearth..

Go to Green World…

Teruuuuussssss Majuuuuuuuu….Pantang Mundur….



a Civitas Academica

Computer Science 2008

Faculty of Math n’ Natural Science

Lambung Mangkurat University

City of Banjarbaru

South Borneo

Indonesia


Analisa Lahan Rawa Tungkaran

Author: Blacky_Whity /

1. Diagram alir yang menggambarkan model simulasi lahan rawa Tungkaran sampai lahan tersebut habis

2. Diagram alir yang paling mendekati untuk menggambarkan rawa Tungkaran agar dapat sustainable dengan menggunakan sejumlah parameter yang paling berpengaruh terhadap keeksistensian rawa tersebut.


3. 10 jenis fungsi lahan basah dan penilaiannya (nilai 1=sangat jelek - 10=sangat baik) berdasarkan pengamatan di rawa Tungkaran.

Wetland Desa Tungkaran, Martapura

Author: Blacky_Whity / Label:

Mendengar nama Martapura, masyarakat umumnya akan langsung menghubungkannya dengan lokasi penjualan intan permata. Tak heran karena sejak dulu nama Martapura memang dikenal sebagai penghasil intan terbesar di wilayah Kalimantan, bahkan di seantero Nusantara. Martapura memang terbilang tersohor karena selain sebagai penghasil intan terbesar kota ini juga memiliki basis masyarakat Islam terbesar, di mana terdapat komplek Madrasah Darussalam. Tak heran kalau selain sumber devisa daerah yang didatangkan dari hasil intan permata, kedatangan pelancong ke Martapura pun menjadi sumber devisa kedua.
Tetapi ternyata selain terkenal karena intan dan mayoritas masyarakat muslimnya, Martapura memiliki sumber daya lahan basah yang cukup menjanjikan. Disalah satu sudut kota Martapura terdapat daerah rawa yang membentang luas dengan potensi besar didalamnya. Desa Tungkaran, begitu masyarakat disana menyebut daerah mereka. Lokasi ini tepatnya berada pada letak geografis 3o23'55.7" S dan 114o49'32.5" E. Untuk mencapai lokasi ini hanya butuh waktu 10 menit dari pusat kota Martapura dengan menggunakan transportasi darat. Jalan yang dilalui pun terbilang cukup nyaman. Pada samping jalan menuju lokasi kita dapat menemukan kanal-kanal yang dijadikan sarana transportasi oleh masyarakat sekitar. Kanal tersebut dapat berfugsi untuk menahan laju aliran perpindahan arus air, yang dapat berguna untuk mencegah terjadinya banjir.
Daerah ini memiliki jenis tanah liat, dengan struktur tanah yang tidak teratur tetapi cukup subur, dengan daerah perairan atau rawa yang cukup dominan. Mata pencaharian warga sekitar berupa petani, peternak bebek dan pemancing ikan, menjadikan daerah ini sangat ideal bagi mereka.
Sebagian besar rawa ini ditutupi oleh tanaman terapung eceng gondok (Eichornia crassipes) atau dalam bahasa Banjar lebih dikenal dengan nama ilung. Tanaman hias asal Brazil yang pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ahli botani berkebangsaan Jerman Carl Friedrich Philipp von Martius ini, dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok berlangsung cepat, terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Tanaman ini berperan dalam menangkap polutan logam berat dan dapat menyerap residu pestisida contohnya residu 2.4-D dan paraquat. Selain itu dahan eceng gondok adalah serat selulosa yang dapat diolah untuk berbagai keperluan, seperti barang kerajinan maupun bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Barang kerajinan tersebut sekarang sudah beraneka ragam, dari mulai sandal, tas, sepatu, dsb. Namun, masyarakat disarankan untuk tidak memberikan eceng gondok sebagai pakan pada ternak karena polutan yang diserapnya bisa terakumulasi dalam daging ternak yang jika dikonsumsi dalam jumlah besar dapat membahayakan manusia sebagai konsumen.
Selain eceng gondok daerah ini juga ditumbuhi tumbuhan teratai (Nymphaea nouchali). Tumbuhan asal Mesir ini hidup di permukaan air yang tenang. Bunga dan daun terdapat di permukaan air, keluar dari tangkai yang berasal dari rizoma yang berada di dalam lumpur pada dasar kolam, sungai atau rawa. Tangkai terdapat di tengah-tengah daun. Daun berbentuk bundar atau bentuk oval yang lebar yang terpotong pada jari-jari menuju ke tangkai.
Bunga teratai menjadi salah satu ornamen ukiran yang sangat indah. Salah satunya adalah ornamen ukiran teratai (Kambang Talipuk) pada Rumah Bubungan Tinggi Anjungan Kalimantan Selatan TMII Jakarta.
Selain eceng gondok dan teratai, daerah ini di tumbuhi oleh padi (Oryza sativa), putri malu (Mimosa pudica), pisang (Musa paradisiaca), jeruk manis (Citrus sinensis), kalakai (Stenochiaena palustris), dan alang-alang (Imperata cylindrica). Warga disini memang memanfaatkan daerah yang subur ini untuk menanam padi dan sebagian jeruk manis. Sedangkan tumbuhan kalakai tumbuh liar disini. Warga biasanya memanfaatkan kalakai untuk dijadikan sayur. Ternyata selain enak untuk dijadikan sayur, kalakai bermanfaat untuk meredakan demam, mengobati penyakit kulit dan menambah darah. Selain itu tumbuhan alang-alang juga dapat dimanfaatkan untuk menjinakkan batu ginjal, dengan melancarkan urine dan meluruhkan batu.
Untuk fauna daerah ini dihuni oleh puluhan spesies ikan. Tetapi yang paling dominan adalah ikan gabus (Channa striata), ikan betok (Anabas testudineus), dan ikan sepat (Trichogaster pectoralis). Selain itu juga ada kodok sawah (Fejervarya cancrivora). Daerah luas berair ini juga dimanfaatkan sebagian warga untuk memelihara bebek.
Ikan gabus di kalimantan selatan lebih dikenal dengan nama haruan. Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ikan gabus yang kebanyakan dijual dalam keadaan hidup, merupakan sumber protein yang cukup penting bagi masyarakat desa, khususnya yang berdekatan dengan wilayah berawa atau sungai. Diketahui bahwa ikan ini sangat kaya akan albumin, salah satu jenis protein penting. Albumin diperlukan tubuh manusia setiap hari, terutama dalam proses penyembuhan luka-luka. Pemberian daging ikan gabus atau ekstrak proteinnya telah dicobakan untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah dan membantu penyembuhan beberapa penyakit. Warga menangkap ikan ini dengan memancingnya, dengan umpan berupa serangga atau anak kodok, ikan gabus terbilang cukup mudah untuk dipancing. Namun giginya yang tajam dan sambaran serta tarikannya yang kuat, dapat dengan mudah memutuskan tali pancing.
Dari hasil pengamatan dilapangan, salah satu fungsi dari rawa ini adalah sebagai filter atau penyaring yang dapat menjernihkan air yang semula keruh kemudian keluar dari rawa ini dalam kondisi jernih. Hal ini dikarenakan adanya tumbuh-tumbuhan rawa yang dapat menghambat laju aliran air sehingga dapat mengendapkan sedimen suspensi dari air tersebut. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan kejernihan air yang melewati sekumpulan enceng gondok dari yang sebelumnya keruh menjadi lebih jernih. Kondisi ini sangat cocok bagi ikan dan burung (beberapa unggas) sebagai tempat untuk berkembang biak. Melimpahnya air ini juga berfungsi sebagai sumber air minum bagi beberapa hewan di saat terjadi musim kemarau atau kekeringan. Daerah ini juga sangat subur dan dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam padi.
Ternyata sebuah daerah di pinggiran kota Martapura menyimpan segudang potensi sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Asal potensi tersebut dapat dikembangkan dan ekspoitasi secara maksimal, tidak berlebih-lebihan, dan tanpa melupakan fungsi dari lahan basah tersebut.

Mari kita hijaukan kembali bumi kita yang sudah mulai panas ini. Kita mulai dari menjaga dan melindungi lingkungan di sekitar kita. Melestarikannya untuk anak cucu kita. Dan mempertahankannya untuk bumi kita tercinta ini.
One Earth One Hearth.. Save Our Earth, Go to Green World..


Data singkat
->Lokasi : Desa Tungkaran, kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan
->Letak geografis : 3o23'55.7"S dan 114o49'32.5"E
->Landscape : jenis tanah liat, dengan struktur tanah yang tidak teratur tetapi cukup subur, didominasi dengan daerah perairan atau rawa
->Flora : Eceng gondok (Eichornia crassipes), padi (Oryza sativa), pisang (Musa paradisiaca), jeruk manis (Citrus sinensis), teratai (Nymphaea nouchali), kalakai (Stenochiaena palustris), dan alang-alang (Imperata cylindrica)
->Fauna : ikan gabus (Channa striata), ikan betok (Anabas testudineus), kodok sawah (Fejervarya cancrivora), dan ikan sepat (Trichogaster pectoralis)