

Daerah ini memiliki jenis tanah liat, dengan struktur tanah yang tidak teratur tetapi cukup subur, dengan daerah perairan atau rawa yang cukup dominan. Mata pencaharian warga sekitar berupa petani, peternak bebek dan pemancing ikan, menjadikan daerah ini sangat ideal bagi mereka.
Sebagian besar rawa ini ditutupi oleh tanaman terapung eceng gondok (Eichornia crassipes) atau dalam bahasa Banjar lebih dikenal dengan nama ilung. Tanaman hias asal Brazil yang pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ahli botani berkebangsaan Jerman Carl Friedrich Philipp von Martius ini, dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air.

Selain eceng gondok daerah ini juga ditumbuhi tumbuhan

Bunga teratai menjadi salah satu ornamen ukiran yang sangat indah. Salah satunya adalah ornamen ukiran teratai (Kambang Talipuk) pada Rumah Bubungan Tinggi Anjungan Kalimantan Selatan TMII Jakarta.
Selain eceng gondok dan teratai, daerah ini di tumbuhi oleh padi (Oryza sativa), putri malu (Mimosa pudica), pisang (Musa paradisiaca), jeruk manis (Citrus sinensis), kalakai (Stenochiaena palustris), dan alang-alang (Imperata cylindrica). Warga disini memang memanfaatkan daerah yang subur ini untuk menanam padi dan sebagian jeruk manis.

Untuk fauna daerah ini dihuni oleh puluhan spesies ikan. Tetapi yang paling dominan adalah ikan gabus (Channa striata), ikan betok (Anabas testudineus), dan ikan sepat (Trichogaster pectoralis). Selain itu juga ada kodok sawah (Fejervarya cancrivora). Daerah luas berair ini juga dimanfaatkan sebagian warga untuk memelihara bebek.
Ikan gabus di kalimantan selatan lebih dikenal dengan nama haruan. Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ikan gabus yang kebanyakan dijual dalam keadaan hidup, merupakan sumber protein yang cukup penting bagi masyarakat desa, khususnya yang berdekatan dengan wilayah berawa atau sungai. Diketahui ba

Dari hasil pengamatan dilapangan, salah satu fungsi dari rawa ini adalah sebagai filter atau penyaring yang dapat menjernihkan air yang semula keruh kemudian keluar dari rawa ini dalam kondisi jernih. Hal ini dikarenakan adanya tumbuh-tumbuhan rawa yang dapat menghambat laju aliran air sehingga dapat mengendapkan sedimen suspensi dari air tersebut. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan kejernihan air yang melewati sekumpulan enceng gondok dari yang sebelumnya keruh menjadi lebih jernih. Kondisi ini sangat cocok bagi ikan dan burung (beberapa unggas) sebagai tempat untuk berkembang biak. Melimpahnya air ini juga berfungsi sebagai sumber air minum bagi beberapa hewan di saat terjadi musim kemarau atau kekeringan. Daerah ini juga sangat subur dan dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam padi.
Ternyata sebuah daerah di pinggiran kota Martapura menyimpan segudang potensi sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Asal potensi tersebut dapat dikembangkan dan ekspoitasi secara maksimal, tidak berlebih-lebihan, dan tanpa melupakan fungsi dari lahan basah tersebut.
Mari kita hijaukan kembali bumi kita yang sudah mulai panas ini. Kita mulai dari menjaga dan melindungi lingkungan di sekitar kita. Melestarikannya untuk anak cucu kita. Dan mempertahankannya untuk bumi kita tercinta ini.
One Earth One Hearth.. Save Our Earth, Go to Green World..
Data singkat
->Lokasi : Desa Tungkaran, kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan
->Letak geografis : 3o23'55.7"S dan 114o49'32.5"E
->Landscape : jenis tanah liat, dengan struktur tanah yang tidak teratur tetapi cukup subur, didominasi dengan daerah perairan atau rawa
->Flora : Eceng gondok (Eichornia crassipes), padi (Oryza sativa), pisang (Musa paradisiaca), jeruk manis (Citrus sinensis), teratai (Nymphaea nouchali), kalakai (Stenochiaena palustris), dan alang-alang (Imperata cylindrica)
->Fauna : ikan gabus (Channa striata), ikan betok (Anabas testudineus), kodok sawah (Fejervarya cancrivora), dan ikan sepat (Trichogaster pectoralis)